Jumat, 13 Juli 2018

MAKALAH MANAJEMEN KONFLIK PENDIDIKAN


                                                                        

A.    Pengertiaan Manajemen
       Manajemen merupakan faktor yang memegang peranan di dalam menentukan setiap pencapaian tujuan organisasi yang dilakukan oleh pengelola sekolah baik itu keapala sekolah maupun guru sebagai pelaksana .Sebab berkaitan dengan serangkaian dari aktivitas yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam organisasi,untuk lebih jelasnya lagi mengenai pengertiaan manajemen,seperti yang diuraikan definisi dari G.R Terry,yang telah dikutip dalam bahasa indonesia :
       Manjemen merupakan sebuh proses yang khas yang terjadi dari tindakan-tindakan perencanaan dan pengawasan,yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran dari yang telah ditentukan melalui sumber daya manusia serta sumber-sumber lain. winadri (1982).
       Dalam Pengertian lain manajemen diuraikan sebagai berikut Manajemen merupakan kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil melalui kegiatan-kegiatan oran lain.Namun demekian dapat pula dikatakan bahwa manajemen merupakan alat pelaksana utama daripada administrasi. Siagian (1983).
       Kedua pengertiaan manajemen di atas,menunjukan bahwa manajemen itu merupaka aktivitas-aktivitas inti/pusat dari suatu organisasi,tanpa manajemen organisasi tidak mencapai tujuan.Pendapat Lainnya tentang manajemen, yaitu : Manajemen adalah ilmu seni yang mengatur proses pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Hasibuan (1984).
       Beberapa uraian diatas,dapat dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses kegiatan memimpin,memberikan bimbingan,serta mengarahkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
       Manajemen merupakan subjek yang sangat penting karena terdapat usaha-usaha untuk menetapkan sasaran, bukan saja ditunjukan untuk mengidentifikasikan,menganalisa, dan menetapkan tujuan-tujuan yang harus dicapai tetapi untuk mengombinasi secara efektif bakat orang-orang dan mendayagunakan sumber-sumber materil adalah manajemen. Manajemen terdapat pada hampir semua ativitas manusia disekolah,dijalan rumah sakit,kantor,pabrik,atau rumah.
       Menurut Stoner dalam sulistyorini mengatakan bahwa yang dimaksud dengan manajemen adalah proses perencanaan,pengorganisasiaan,pengarahan,dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi lainnya agar dapat mevapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
       Sedangkan Kurniawan (2017) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan manajemen adalah proses tertentu yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan tertentu yang sudah ditetapkan dengan menggunakan manusia sebagai sumber daya lainnya.
       Manajemen dipandang sebagai upaya atau proses pencapain tujuan dengan menggunakan keahliaan seseorang,sehingga dapat dipahami bahwa pengertian dari manajemen adalah proses perencanaan,pengorganisasiaan,pengarahan,dan pengawasan usaha-usaha dari sumber daya organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan keahilaan dari seseorang.

B.       Pengertiaan Konflik
       Konflik didefiniskan sebagai suatu proses interaksi sosial dimana dua orang atau lebih atau dua kelompok atau lebih, berbeda atau bertentangan dalam pendapat atau tujuan mereka, (Cummings, P. W.(1980:41). Tidak berbeda denga pendapat diatas, Alisjahbana, S.T .(1986:139), mengartikan konflik adalah perbedaan pendapat dan pandangan diantara kelompok-kelompok masyarakat yang akan mencapai nilai yang sama. Sedangkan Stoner, J.A.F. & Freeman, R.E. (1994) berpendapat bahwa konflik organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang  langka atau perselisihan soal tujuan, status, nilai persepsi atau kepribadiaan. Perbedaan pendapat dan persepsi mengenai tujuan, kepentingan maupun status serta nilai individu dalam organisasi merupakan penyebab munculnya konflik. Demikian halnya persoalan alokasi sumber daya yang terbatas dalam organisasi dapat menimbulkan konflik antar individu maupun antar kelompok.
       Lebih lanjut dikemukakan oleh Luthans (1985), perilaku konflik dimaksud adalah perbedaan kepentingan atau minat, perilaku kerja, perbedaan sifat individu, dan pernedaan tanggung jawab dalam aktivitas organisasi. pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Walton,R.E.(1987:2) yang menyatakan bahwa konflik organisasi adalah perbedaan ide atau inisiatif antara bawahan dengan bawahan, manajer dengan manajer dalam mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan (coordinated activities). Perbedaan inisiatif dan pemikiran sebagai upaya identifikasi masalah-masalah yang menghambat pencapaian tujuan organisasi.
       DuBrin,A.J.(1984:346) mengartikan konflik mengacu pada pertentangan antar individu atau kelompok yang dapat meningkatkan ketegangan sebagai akibat saling menghalangi dalam pencapaian tujuan sebagaimana dikemukakan sebagai berikut. “Conflict in the context used,refers to the opposition of persons or forces that give rise to some tension. It occurs when two or more parties (individuals, gropus, organization) perceive exclusive goals, or event”. Hal senada dikemukakan juga oleh Hardjana (1994), bahwa konflik adalah perselisihan, pertentangan antara dua orang atau dua kelompok dimana perbuatan yang satu berlawanan dengan yang lainnya sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu. Kedua pendapat terakhir menganggap bahwa pertentangan antar individu atau dan kelompok sebagai perilaku yang mengganggu pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian konflik diartikan sebagai peristiwa yang dapat merugikan organisasi.
       Pengertiaan yang lebih lengkap dikemukakan oleh Stoner dan Wankel (1986) bahwa konflik organisasi adalah ketidaksesuaiaan antara dua orang anggota organisasi atau lebih yang timbul karena fakta bahwa mereka harus berbagi dalam hal mendapatkan sumber-sumber daya yang terbatas, atau aktivitas-aktivitas pekerjaan dan atau karena fakta bahwa mereka memiliki status, nilai, tujuan, nilai-nilai atau persepsi yang berbeda. Sedangkan Aldag, R.I dan Stearns, T.M.(1987:412) secara tegas mengartikan konflik adalah ketidaksepahaman antara dua atau lebih individu/kelompok sebagai akibat dari usaha kelompok lainnya yang mengganggu tujuan. Dengan kata lain, konflik timbul karena satu pihak mencoba untuk merintangi/mengganggu pihak lain dalam usahanya mencapai suatu tujuan.

       Dengan demikian, Suatu organisasi yang sedang mengalami konflik dalam aktivitasnya menunjukan ciri-ciri sebagai berikut; (1) terdapat perbedaan pendapat atau pertentangan antar individu atau kelompok, (2) terdapat perselisihan dalam mencapai tujuan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi dalam menafsirkan program organisasi, (3) terdapat pertentangan norma, dan nilai-nilai inividu maupun kelompok, (4) adanya sikap dan perilaku saling meniadakan, menghalangi pihak lain untuk memperoleh kemenangan dalam memperebutkan sumber daya organisasi yang terbatas, (5) adanya perdebatan dan pertentangan sebagai akibat munculnnya kreativitas inisiatif atau gagasan-gagasan baru dalam mencapai tujuan organisasi.

C.        Pengertiaan Manajemen Konflik
       Salah satu Persoalan yang sering muncul selama berlangsungnya perubahan di dalam organisasi adalah adanya konflik antar anggota atau antar kelompok. Konflik tidak hanya harus diterima dan dikelola dengan baik, tetapi juga harus didorong, karena konflik merupakan kekuatan untuk mendatangkan perubahan dan kemajuaan dalam lembaga (Hardjana, 1994). Konflik antar orang di dalam organisasi tak dapat dielakkan, tetapi dapat dimanfaatkan kearah produktif bila dikelola secara baik (Cummings, 1980:59). Dengan demikian pula Edelman,R.J (1997) menegaskaskan bahwa, jika konflik dikelola secara sistematis dapat berdampak positif yaitu, memperkuat hubungan kerjasama, meningkatkan kepercayaan dan harga diri, mempertinggi kreativitas dan produktivitas  dan meningkatkan kepuasan kerja. Akan tetapi sebaiknya, manajemen konflik  yang tidak efektif dengan cara menerapkan sangsi yang berat bagi penantang, dan berusaha menekan bawahan yang menentang kebijakan sehingga iklim organisasi semakin buruk dan meningkatkan sifat ingin merusak. (Owens, R.G,1991).
       Konflik antar individu atau antar kelompok dapat menguntungkan atau merugikan bagi kelangsungan organisasi. Maka dari itu, pimpinan organisasi dituntut memiliki kemampuaan tentang manajemen konflik dan memanfaatkan konflik untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas organisasi. Manajemen konflik adalah cara yang dilakukan oleh pimpinan pada saat menanggapi konflik (Hardjaka,1994). Dalam pengertian yang hampir sama, manajemen konflik adalah cara yang dilakukan pimpinnan dalam menaksir atau memperhitungkan konflik (Hendricks, W., 1992). Demikian halnya, Criblin, J. (19982:219) mengartikan bahwa manajemen konflik merupakan teknik yang dilakukan pimpinan organisasi untuk mengatur konflik dengan cara menentukan peraturan dasar dalam bersaing. Sementara Tosi, H.L.et.al. (1990) berpendapat bahwa, “Conflict management mean that a manager takes an active role in addressing conflict situations and intervenes if needed”. Manajemen konflik dalam organisasi menjadi tanggung jawab pimpinan (manajer) baik manajer tingkat lini (supervisor), manajer tingkat menengah (middle manager), dan manajer tingkat atas (top manager), maka diperlukan peran aktif untuk mengarahkan situasi konflik agar tetap produktif. Manajemen konflik yang efektif dapat mencapai tingkag konflik yang optimal yaitu, menumbuhkan kreativitas anggota, menciptakan inovasi, mendorong perubahan, dan bersikap kritis terhadap perkembangan lingkungan.
       Tujuan manajemen konflik untuk mencapai kinerja yang optimal dengan cara memelihara konflik tetap fungsional dan meminimalkan akibat konflik yang merugikan (Walton, R.E. 1987:79; Owens, R.G.,1991). Selanjutnya manajemen konflik berguna dalam mencapai tujuan yang diperjuangkan dan memjaga hubungan pihak-pihak yang terlibat konflik tetap baik (Hardjana, 1994). Mengingat kegagalan dalam mengelola konflik dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi,maka pemilihan terhadap teknik pengendaliaan konflik menjadi perhatiaan pimpinan organisasi. Tidak ada teknik pengendaliaan konflik yang dapat digunakan dalam segala situasi, karena setiap pendekatan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Gibson, J.L. et al (1996) mengatakan, memilih resolusi konflik yang cocok tergantung pada faktor-faktor penyebabnya. Dan penerapan manajemen konflik secara tepat dapat meningkatkan kreativitas, dan produktivitas bagi pihak-pihak yang mengalami (Owens,R.G.,1991).

D.       Peran Manajer Dalam Mengelola Konflik
       Pendekatan berikut ini dapat digunakan sebagai konstribusi peran kepala sekolah dalam mengendalikan/menyelesaikan konflik :
§  Sanggup menyampaikan pokok masalah penyebab timbulnya konflik             
Konflik tidak dapat diselesaikan jika permasalahan pokoknya terisolasi. Konflik sangat bergantung pada konteks dan setiap pihak yang terkait seharusnya memahami konteks terserbut. Permasalahan menjadi jelas tidak berdasarkan asumsi, melainkan jika disampaikan dalam pernyataan pasti.
§  Mau mengakui adanya konflik
Pendekatan dengan konfrontasi dalam menyelesaikan konflik biasanya justru mengarah orang untuk membentuk kubu. Untuk itu, bicarakan pokok permasalahan, bukan mencari yang menjadi penyebabnya.

§  Bersedia melatih diri untuk mendengarkan dan mempelajari perbedaan
Pada umumnya kemauan mendengarkan sesuatu dibarengi dengan keinginan untuk memberi tanggapan. Seharusnya, kedua belah pihak berusaha untuk benar-benar saling mendengarkan.

§  Sanggup mengajukan usul atau nasihat
Ajukan usul baru yang didasari oleh tujuan kedua belah pihak dan dapat mengakomodasi keduanya. Tawarkan juga kesediaan untuk selalu dapat membantu mewujudkan rencana-rencana tersebut.

§  Meminimalisasi ketidakcocokan
Cari jalan tengah di antara kedua belah pihak yang sering berbeda pandangan dan pendapat. Fokuslah pada persamaan dengan mempertimbangkan perbedaan yang sifatnya tidak mendasar.

       Seorang kepala sekolah selalu menghadapi kemungkinan untuk terlibat dalam konflik-konflik yang terjadi sebagai mediator (pihak penengah) pihak ketiga. Sebagai pihak ketiga,seorang kepala sekolah dapat membantu pihak bawahannya  menyelesaikan konflik-konflik antar pribadi antar kelompok. Peranan sebagai seorang mediator sangat penting, tetapi banyak menimbulkan kesulitan pula. Menurut Winardi (1994:24), peranan tersebut dapat dilaksanakan melalui dua macam pendekatan yang berbeda, yaitu intervensi secara aktif dan fasilitasi.

1.      Intervensi Secara Aktif
       Kepala sekolah dapat melakukan aneka macam tindakan untuk berintervensi secara aktif dalam rangka upaya menyelesaikan situasi-situasi konflik. Ada masa di saat menghimbau para pihak yang berkonflik untuk mengingat tujuan-tujuan yang telah disepakati bersama, dapat menyebabkan mareka lebih rela reda dalam hal berkonflik.
       Hal tersebut memberikan waktu kerangka referensi yang sama, bagi mereka yang terlibat dalam konflik yang bersangkutan, hingga dapat dianalisa perbedaan-perbedaan pandangan dan pendapat,hingga dapat diselesaikan ketidaksesuaian yang ada.

2.      Fasilitasi
       Pendekatan kedua ke arah mediasi,adalah akibat melalui peranan fasilitator. Pendekatan ini sangat bersifat pribadi, dan untuk ini diperlukan penggunaan keterampilan-keterampilan komunikasi yang berhasil. Mendengar secara aktif sangat dibutuhkan, emosi-emosi yang bersifat disfungsional perlu ditiadakan dan arus komunikasi bebas perlu ditumbuhkan, guna menjangkau inti dari masalah yang ada.
       Upaya dari “luar” unutk melaksanakan intervensi,mungkin sekali akan menimbulkan reaksi permusuhan, agresi dan penyerangan secara verbal maupun secara fisikal. Mungkin pihak yang bersangkutan menarik diri, bungkam seribu bahasa, dan timbul perasaan cemas dan takut. Dalam situasi-situasi demikian, maka peranan seorang pimpinan membantu mdlancarkan arus komunikasi antara pihak yang terlibat didalam konflik yang bersangkutan.